Beranda | Artikel
Keutamaan Bulan Ramadhan
Rabu, 10 Maret 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Ahmad Zainuddin

Keutamaan Bulan Ramadhan adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Sifat Puasa Nabi. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. pada Rabu, 26 Rajab 1442 H / 10 Maret 2021 M.

Kajian Islam Tentang Keutamaan Bulan Ramadhan

Kita sudah sebutkan keutamaan puasa sebagai berikut:

  1. benteng dan tameng dari syahwat yang diharamkan,
  2. menyebabkan seseorang masuk ke dalam surganya Allah Subhanahu wa Ta’ala,
  3. diberikan secara sempurna pahala-pahala mereka tanpa hisab,
  4. mendapatkan dua kebahagiaan; kebahagiaan saat berbuka dan saat mendapatkan pahala di akhirat,
  5. bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah dibandingkan minyak wangi misk,
  6. puasa dan Al-Qur’an memberikan syafaat kepada ahlinya,
  7. sebagai penebus dari beberapa hal yang sudah disyariatkan dalam agama Islam, seperti penebus untuk yang tidak bisa menyembelih hewan hadyu, penebus atas sumpah yang tidak dilaksanakan, penebus nazar yang tidak dilaksanakan, penebus atas beberapa hukum-hukum syariat,
  8. sebuah pintu surga khusus yang dimiliki oleh orang-orang yang ahli puasa,

Sekarang kita akan masuk ke bab ke-2, penulis mengatakan tentang keutamaan bulan Ramadhan.

Keutamaan Bulan Ramadhan

Ramadhan adalah bulan yang baik dan penuh dengan berkah. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keutamaan-keutamaan yang sangat banyak pada bulan Ramadhan, sebagaimana dijelaskan di bawah ini. Keutamaan bulan ini hendaknya membuat kita semangat untuk benar-benar menggunakan waktu sebaik-baiknya di dalam bulan Ramadhan.

1. Bulan Al-Qur’an

Yang dimaksud bulan Al-Qur’an adalah bulan diturunkan Al-Qur’an, atau yang dimaksud dengan bulan Al-Qur’an adalah Ramadhan adalah satu-satunya bulan yang diperintahkan untuk membaca lebih banyak Al-Qur’an.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan Al-Qur’an kitabNya yang agung sebagai petunjuk untuk manusia dan sebagai obat penyembuh untuk orang-orang yang beriman, yang memberikan petunjuk kepada jalan yang paling lurus, menjelaskan jalan yang diberikan petunjuk pada malam Qadar dari bulan Ramadhan yang penuh dengan berkah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memiliki ‘Arsy yang agung berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan yang jelas dari petunjuk tersebut dan sebagai pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Barangsiapa yang menyaksikan dari kalian bulan, maka hendaklah dia berpuasa...” (QS. Al-Baqarah[2]: 185)

Ketahuilah saudaraku -semoga Allah memberkahimu- bahwa sifat bulan Ramadhan yang diturunkan di dalamnya Al-Qur’an dan menetapkan apa yang ada setelahnya dengan huruf (ف artinya: “maka barangsiapa”), ini memberikan faidah sebab. Yaitu bahwa sebab pemilihan Ramadhan sehingga menjadi bulan puasa karena di dalamnya diturunkan Al-Qur’an.

2. Diikatnya setan, ditutupnya pintu-pintu neraka dan dibukanya pintu-pintu surga

Di dalam bulan yang penuh dengan berkah ini, keburukan menjadi sedikit di muka bumi, yang mana para setan dan pemimpin-pemimpin jin diikat dengan rantai dari besi. Maka mereka tidak bisa leluasa untuk merusak manusia sebagaimana mereka leluasa untuk merusak manusia pada selain bulan Ramadhan. Disebabkan kesibukan kaum muslimin dengan puasa yang didalamnya terdapat penahan terhadap syahwat, dan sebab kaum muslimin disibukkan dengan membaca Al-Qur’an dan juga seluruh ibadah-ibadah yang memperbaiki dan mensucikan jiwa-jiwa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kalian berpuasa agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 183)

Oleh sebab itulah ditutup pintu-pintu neraka jahanam dan dibukakan pintu-pintu surga karena amal shalih di dalamnya banyak dan ucapan-ucapan yang baik juga banyak. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ

“Jika telah datang Ramadhan, dibukakan pintu-pintu surga (di dalam riwayat Muslim disebutkan: ‘dibukakan pintu-pintu rahmat’) dan ditutup pintu-pintu neraka dan diikat dengan rantai para setan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Itu semua terjadi pada malam pertama dari bulan yang penuh berkah ini. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

“Jika pada malam pertama bulan Ramadhan, para setan diikat dengan rantai dan juga para pemimpin-pemimpin jin. Pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun darinya yang terbuka. Pintu pintu surga dibuka, tidak ada satu pintu pun darinya yang tertutup. Kemudian ada suara yang berseru: ‘Wahai pencari kebaikan, sambutlah bulan Ramadhan. Wahai pencari keburukan, cukupkan di dalam bulan Ramadhan’. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari api neraka dan itu di setiap malam.” (HR. Tirmidzi)

3. Malam Lailatul Qadar

Keutamaan dari bulan Ramadhan bisa kita lihat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Al-Qur’an di dalam bulan Ramadhan. Dari sini kita bisa analogikan dengan hal-hal yang macam-macam, diantaranya:

a. Kalau begitu hari yang paling termulia di sisi Allah adalah bulan yang diturunkan di dalamnya Al-Qur’an. Maka ini mengkonsekuensikan untuk dikhususkan hari-hari tersebut dengan amalan-amalan tambahan. Yang menunjukkan akan hal ini adalah apa yang disebutkan dalam dalil-dalil tentang berburu Lailatul Qadar dan mengkhususkan Lailatul Qadar dengan tambahan-tambahan amal ibadah. InsyaAllah hal itu akan dijelaskan secara rinci pada pembahasan Lailatul Qadar.

b. Kalau kita mendapat nikmat dari Allah (diantaranya masuk dalam bulan Ramadhan kemudian mendapati Lailatul Qadar yang keutamaannya sangat luar biasa), maka ini mengkonsekuensian kita untuk bersyukur kepada Allah. Dan salah satu bentuk syukur kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah beramal ibadah. Oleh sebab itulah ditambahkan amal ibadah saat 10 hari terakhir bulan Ramadhan yang diharapkan Lailatul Qadar padanya.

Yang menunjukkan akan makna ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala Sang Maha Pencipta, setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan nikmat secara sempurna bulan Ramadhan, Allah berfirman:

فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا

Dan hendaklah kalian menyempurnakan jumlah bilangan hari-hari puasa, dan hendaklah kalian bertakbir (mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala) atas apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tunjuki kepada kalian petunjuk, dan agar kalian bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Baqarah[2]: 185)

Artinya ketika kita tahu keutamaan Ramadhan adalah Lailatul Qadar, maka salah satu yang patut diperhatikan adalah ketika seseorang mendapatkan nikmat Allah di dalam bulan Ramadhan (yaitu adanya Lailatul Qadar yang beramal ibadah di dalamnya lebih baik daripada beramal ibadah 1000 bulan), maka pada saat itu kita wajib bersyukur, dan tanda orang yang bersyukur adalah dia memperbanyak ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا

Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu.” (QS. Al-Baqarah[2]: 200)

Lalu bagaimana kisah awal-awal diwajibakannya puasa pada bulan Ramadhan? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49930-keutamaan-bulan-ramadhan-2/